Cerita Perjalanan: Kepulauan Aru
Kabupaten Kepulauan Aru merupakan bagian dari wilayah Provinsi Maluku yang terletak di bagian paling timur wilayah. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2003 yang sebelumnya wilayah Kepulauan Aru ini termasuk kedalam wilayah Kabupaten Maluku Tenggara.
Mendengar nama wilayah Kepulauan Aru, pikiran langsung terbersit pada Laut Arafura yang dikenal karena disanalah pahlawan kita Komodor Yos Sudarso gugur tenggelam bersama awak kapal KRI Matjan Toetoel (baca: Macan Tutul)) di tahun 1962 dalam silent operation mempertahankan wilayah NKRI khususnya Irian Barat yang pada waktu itu Belanda masih enggan untuk meninggalkan wilayah tersebut walaupun Indonesia secara resmi telah memproklamasikan kemerdekaannya.
Menarik memang apabila pikiran kita melayang lebih jauh lagi ke 3 abad yang lalu, dimana pada waktu itu negara-negara adi kuasa di Eropa seperti Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda yang saling berebut untuk menarik perhatian masyarakat di wilayah Indonesia, khususnya Maluku.
Iya,
Maluku.. wilayah yang cukup terkenal bagi orang-orang di benua Eropa karena memiliki komoditi
rempah-rempah yang melimpah dan merupakan sumberdaya alam lokal yang
jarang atau bahkan tidak ditemui di wilayah belahan benua lain. Rempah-rempah pada jaman itu
merupakan komoditi yang mahal harganya sehingga perebutan wilayah dilakukan
dengan berbagai cara demi penguasaan pasar komoditi tersebut. Ya kalau di jaman sekarang mungkin bisa disejajarkan dengan sumberdaya minyak bumi, emas, dan bahan
tambang lainnya.
Kembali ke cerita perjalanan, dengan menggunakan moda transportasi udara, perjalanan diawali dari Yogyakarta menuju Kota Ambon (transit Makassar) dan kemudian dilanjutkan kembali dari Kota Ambon menuju Dobo – Kabupaten Kepulauan Aru.
Kota Ambon, merupakan pintu masuk untuk mengunjungi wilayah kepulauan di Provinsi Maluku. Kota Ambon memiliki Bandara Pattimura dengan kategori bandara internasional dan hirarki sebagai bandara Pengumpul Tersier (PT). Sementara ini, bandara Pattimura melayani rute penerbangan komersial langsung tanpa transit dari dan menuju Jakarta, Makassar, Surabaya, Manado, Ternate, Sorong, Manokwari, Fakfak, Kaimana, dan Nabire. Untuk kota-kota lainnya tentu saja dapat dilakukan, tetapi harus transit di salah satu kota yang telah disebutkan tersebut.
Bandara Pattimura - Kota Ambon
Kabupaten Kepulauan Aru memiliki bandara bernama Bandara Rar Gwammar yang terletak di Dobo dengan kategori bandara domestik dan hirarki bandara pengumpan (P). Satu-satunya rute penerbangan menuju Dobo hanya berasal dari Kota Ambon, dengan jadwal 1 (satu) kali penerbangan di setiap harinya (sementara ini tahun 2017) hanya dilayani oleh maskapai Wings Air menggunakan pesawat tipe ATR 72 seri 500/600 (sebelumnya dilayani oleh Trigana Air) .

Bandara Rar Gwamar - Dobo
Kepulauan Aru rasa-rasanya jarang terdengar oleh telinga kita, ulasan di media pun jarang terbaca dan bahkan sedikit sekali peredaran beritanya di situs-situs internet. Dan luar biasa rasanya ketika bisa menginjakkan kaki di tanah Aru.
Kepulauan Aru pada dasarnya memiliki potensi wisata yang tidak kalah dengan daerah lainnya, akan tetapi mungkin pemerintah daerah belum fokus secara khusus untuk menggarap pariwisata sehingga memang demikian adanya kita semua jarang mendengar dan melihat obyek pariwisata yang berada di wilayah ini. Padahal, (dari sebuah catatan inventarisasi) Kabupaten Kepulauan Aru memiliki 52 wisata alam, 29 wisata budaya, dan 4 wisata buatan. Menurut saya pribadi, itu jumlah yang cukup banyak dan sangat berpotensi untuk dikembangkan dan dikelola lebih baik lagi. Nampaknya, -dari sekilas pandangan mata- keterbatasan aksesibilitas menjadi alasan utama susah berkembangnya obyek wisata yang melimpah di Kepulauan Aru dan Provinsi Maluku pada umumnya.
Pelabuhan Dobo
Untuk urusan akomodasi di Kepulauan Aru cenderung terkonsentrasi sepenuhnya di Dobo sebagai ibukota kabupaten. Terdapat sekitar 9 hotel yang ada di Dobo sebagai pilihan tempat menginap dengan tarif antara Rp. 100.000 sampai dengan Rp. 350.000. Restoran dan rumah makan serta fasilitas umum pendukung lainnya pun sepertinya hanya ada di Dobo. Kenapa hanya ada di Dobo? Karena memang untuk sementara ini hanya Dobo-lah wilayah di Kepulauan Aru yang benar-benar hidup dan memiliki tingkat mobilisasi internal dan eksternal yang tinggi dibandingkan wilayah kecamatan yang lain. Wilayah perkotaan Dobo yang berada di Pulau Warmar ini terdiri dari 4 desa, yaitu Desa Galaidubu, Siwalima, Wangel, dan Desa Durjela dengan jarak antar desa kurang lebih sekitar 3 - 5 km saja.
Foto - foto Dobo dari beberapa sudut wilayah
The next point setelah Dobo adalah Desa Jerol Ibukota Kecamatan Aru Selatan, perjalanan menuju Desa Jerol yang merupakan wilayah Kabupaten Kepulauan Aru yang berada di bagian paling selatan bagian barat kepulauan. Dua desa yang kami kunjungi di kecamatan ini adalah Desa Jerol dan Desa Kalar kalar.
Satu-satunya cara untuk menuju Kecamatan Aru Selatan adalah menggunakan moda transportasi laut, saat itu kami menggunakan speed boat dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 3-4 jam tergantung kondisi musim. Beruntung perjalanan kami diiringi angin musim timur, yang artinya wilayah perairan yang berada di bagian barat kepulauan dalam kondisi perairan yang relatif tenang dibandingkan wilayah perairan di bagian timur kepulauan. Bagi masyarakat lokal memang tenang, tetapi bagi kami orang-orang yang jarang beraktivitas di perairan laut, kondisi ombak tetap saja membuat kawatir di sepanjang perjalanan.
Perjalanan menuju Desa Jerol menggunakan speedboat
Desa Jerol
merupakan ibukota Kecamatan Aru Selatan, dan tempat satu-satunya yang memiliki
akses internet. Walaupun ketesediaan listrik terbatas, tetapi Desa Jerol
bisa dikatakan merupakan pusat pendidikan dan banyak terdapat pelajar dari berbagai desa
bersekolah di Desa Jerol ini. Tidak jarang, pelajar dari tetangga desa melakukan perjalanan kaki sekitar 5 - 7 km setiap harinya untuk bersekolah di Desa Jerol. Banyak pula pelajar dari desa tetangga yang menginap (kos) di Desa Jerol karena jarak tempat tinggal yang cukup jauh. Dan luar biasanya, beberapa diantara pemuda yang ditemui disana telah merampungkan studi sarjana S1 dan bercita-cita kuat untuk melanjutkan studi S2. Salut.
Fasilitas internet Desa Jerol
Penginapan pelajar (kos) Desa Jerol
Pelajar Desa Jerol
Perjalanan selanjutnya adalah menuju Desa Kalar kalar yang ditempuh dengan speed boat dengan waktu sekitar 30 menit dari Desa Jerol. Kondisi Desa Kalar kalar tidak seramai Desa Jerol dengan luas desa yang lebih kecil lagi. Di desa ini tidak memiliki penginapan, sehingga untuk bermalam di desa ini kita akan ditawari untuk menginap di salah satu rumah warga. Masyarakat yang sebagian besar nelayan di desa ini sangat ramah, tidak jauh berbeda dengan masyarakat di Provinsi Maluku pada umumnya yang ramah terhadap pendatang yang memasuki wilayahnya.
Masyarakat nelayan Desa Kalar kalar
Gotong royong membuat kapal
Pohon sagu yang dimanfaatkan untuk makanan pokok dan kue-kue
Di Desa Kalar kalar –dan sebagian besar desa lainnya- hanya memiliki tempat pendidikan setingkat SD, sehingga untuk melanjutkan pendidikan SMP atau SMA masyarakat harus menuju Desa Jerol dan bersekolah di sana. Dan hebatnya, banyak anak-anak yang kost di Desa Jerol meninggalkan kampung halamannya demi bisa menempuh pendidikan.. luar biasa.
Catatan yang perlu diketahui apabila ingin melakukan perjalanan ke pelosok Kabupaten Aru Selatan adalah kita diharuskan membawa logistik sesuai dengan kebutuhan waktu dan personil. Ibarat mau mendaki gunung, logistik seperti beras, minyak, mie instan, gula, garam dan lain sebagainya silahkan dipersiapkan dari Dobo. Karena ketika sudah sampai di wilayah tujuan jangan harap uang yang dibawa akan bermanfaat maksimal. Karena di pelosok wilayah walaupun statusnya adalah pusat permukiman desa, jangan membayangkan kondisinya seperti desa-desa lain yang ada di Dobo atau bahkan membayangkan desa-desa di Pulau Jawa. Kesulitan untuk mendapatkan bahan-bahan logistik akan ditemui di desa-desa pelosok Kepulauan Aru. Jadi sebanyak apapun uang yang dibawa, kalau tidak ada kios atau penjual bahan makanan, maka tidak akan berarti juga uang yang kita bawa tersebut.
Selfie sejenak bersama kasuari Desa Kalar kalar
Selfie sejenak bersama anak-anak setempat
Pengalaman
satu malam menginap di Desa Kalar kalar adalah pengalaman yang cukup luar biasa
dan barangkali keterbatasan akses yang ada di Kepulauan Aru justru malah menjadi
daya tarik tersendiri yang justru dapat menjadi cerita. Kondisi permukiman
pesisir yang hanya bisa di akses dari laut serta masyarakat yang sangat ramah
dan memiliki daya juang tinggi dengan segala keterbatasan yang ada menjadi
pengingat dan penyemangat bahwa kita yang hidup dengan ketersediaan berbagai
fasilitas disekitar kita harus lebih bisa bersyukur dan menjadi lebih baik lagi
dari mereka-mereka yang memiliki keterbatasan fasilitas. Cayoo..
4 Komentar
Mantap sekaliii...