Kalimantan Utara, The best you can do !

Salah satu “teras rumah" Indonesia di bagian utara adalah Provinsi Kalimantan Utara. Ya…, salah satu provinsi yang termasuk baru ini memiliki potensi alam dan kebudayaan manusia yang tinggi sebagai “wajah bangsa” di kawasan perbatasan. Ibukota provinsinya adalah Kota Tanjungselor, dimana kami harus menempuh perjalanan dari Jogjakarta menuju Tarakan via jalur udara, lalu dilanjutkan dengan perjalanan via transportasi kapal menuju Kota Tanjungselor. 

Penduduk Kota Tanjungselor terdiri dari beragam etnis, diantaranya penduduk asli dari etnis Dayak (Kenyah, Kayan, Punan) dan Etnis Bolongan dan Tidung serta para penduduk dari luar diantaranya Jawa, Bugis, Timor, Sunda, dan lain-lain. Di Kota Tanjungselor ini mulai terbangun kehidupan perkotaan dengan pertumbuhan pusat-pusat pendidikan dan ekonomi. Kehidupan masyarakat Tanjungselor akan terus mengalami perubahan-perubahan menuju ke tahap taraf hidup yang tinggi. Harapannya, dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, segala unsur pendidikan, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan juga akan meningkat. Mengingat Tanjungselor merupakan ibukota provinsi yang berada di kawasan perbatasan dengan negara lain. 

Awal maret, tim survey kegiatan kajian karaktersitik DAS kayan di Kalimantan Utara untuk pengembangan wilayah melangsungkan survey lapangan di daerah kajian. Berbagai macam parameter dan informasi sangat diperlukan guna menunjang pembahasan dan pengkajian mengenai sifat-sifat yang khas tentang DAS kayan. DAS Kayan adalah salah satu daerah aliran sungai yang memiliki luas cukup besar, terhitung dari data yang diperoleh yaitu memiliki luas sekitar 3 juta hektar. Luas yang cukup besar untuk ukuran suatu satuan sistem daerah aliran sungai. DAS yang memiliki luas cukup besar memiliki konsekuensi bahwa cakupan area tangkapan hujan yang luas sehingga memiliki potensi sumberdaya air permukaan yang besar. Hal tersebut tentunya harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan. 



Pengelolaan DAS harus dilakukan dengan baik dan melalui kerjasama antar disiplin ilmu dengan baik. Keseluruhan elemen di pemerintah dan masyarakat harus bersinergi untuk menghasilkan rumusan dan perlakukan yang tepat dalam melakukan pengelolaan DAS. Terlebih pada DAS Kayan ini selain memiliki luas DAS yang besar, juga hampir 80% tutupan lahannya adalah hutan. Tutupan lahan berupa hutan juga akan menghasilkan beberapa kemungkinan dalam pengelolaan sumberdaya. Hasil hutan yang tinggi serta fungsi hutan dalam melakukan tata kelola air harus terus terjaga. Namun, faktor tersebut juga akan dipengaruhi oleh faktor fisik lain diantaranya adalah jenis dan material tanah yang ada. Cakupan DAS Kayan ini berdasarkan data yang didapatkan, memiliki jenis material tanah berupa podsolik (lempungan) yang berarti memiliki sifat yang kurang peka dalam penyerapan air. Sehingga perlu antisipasi yang baik jika hujan dengan intensitas tinggi turun di bagian tengah dan hulu DAS dan akan menghasilkan limpasan permukaan yang tinggi, lalu masuk kedalam sungai utama dan akan menghasilkan debit yang besar. Dengan kejadian permisalan diatas, ancaman banjir luapan dan genangan di kawasan hilir DAS dapat meningkat. 
 
Tim survey yang mendapat kesempatan langsung terjun ke lapangan, mencoba mempelajari dan mengamati kondisi di lapangan. Namun, luas DAS yang sangat besar tentunya tidak mampu untuk keseluruhan wilayahnya didatangi karena beberapa keterbatasan waktu dan tenaga. Namun Alhamdulillah, tim survey dapat masuk ke beberapa lokasi yang dapat dijangkau setelah melalui tahapan dan usaha yang cukup keras. Tim yang bermalam di Kota Tanjungselor mulai melakukan perjalanan menyusuri Sungai Kayan menuju lokasi Desa Long Peso yang berdasarkan informasi termasuk desa yang sudah cukup ramai dan terdapat beberapa permukiman disana. Tim pun sampai di Desa Long Peso setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2,5 jam menggunakan kapal speedboat menyusuri sungai. Long Peso merupakan salah satu desa dengan jumlah rumah dan masyarakat majemuk, saling toleran, dan hidup dengan harmonis. Keutuhan budaya lokal juga masih sangat terjaga. Penduduk di Long Peso ini mayoritas bekerja di sektor perkebunan dengan menggarap kebun milik pribadi, atau ada yang ikut menggarap kebun milik perusahaan. Ada juga yang bekerja sebagai petani dengan menanam padi untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Di Long Peso ini, hal menarik didapatkan oleh tim, yaitu informasi riwayat kejadian banjir yang pernah menggenang di desa ini. Konon, berdasarkan cerita masyarakat setempat ketinggian air yang menggenang mencapai setinggi atap rumah normal atau sekitar 2 – 3 meter. Hal yang menakjubkan terjadi ketika tim melihat langsung kondisi permukiman yang dengan sungai kayan memiliki jarak vertical yang cukup tinggi. Sungguh suatu kejadian luar biasa yang pernah terjadi. Sejatinya, sebagai pihak yang peduli terhadap lingkungan, kita harus peka dan cekatan dalam merespon riwayat banjir yang pernah terjadi, dan berusaha mencari kebijakan yang solutif untuk mengurangi ancaman terjadinya banjir yang dapat menimbulkan kerugian. Selain itu, di wialyah desa ini tepatnya di suatu penggal Sungai Kayan akan dilakukan bending untuk pembangunan pembangkit listrik dengan kekuatan output sekitar 7.000 MW. Sebuah terobosan pemanfaatan sumberdaya air yang patut diapresiasi. Namun, ide dan rencana tersebut tentunya harus diimbangi dengan peningkatan pengetahuan masyarakat dan juga peningkatan kesejahteraan masyarakat. Karena pada dasarnya, muara dari segala bentuk pembangunan adalah terciptanya masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. 
 
 
 
Selanjutnya, tim juga berkesempatan melanjutkan perjalan menuju desa yang lebih menuju hulu lagi, yaitu di Desa Long Lejuh. Desa Long Lejuh berdasarkan informasi masyarakat dan sang nahkoda kapal speedboat adalah desa paling ujung yang dapat (berani) dijangkau. Karena memang sarana transportasi yang terbatas, personil dari tim survey hanya dapat menjangkau dengan kapal speedboat dengan ukuran kapasitas 5 orang dan menggunakan kecepatan yang tidak terlalu tinggi. Semakin menuju ke hulu, sungai utama Kayan semakin sempit dengan jeram dan batu-batu besar di pinggir sungai. Tidak ketinggalan kondisi cuaca yang sangat sering berubah, mulai dari cerah panas – hujan dengan angin cukup kencang – hingga kembali cerah yang panas mengiringi perjalanan. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan. Dan Alhamdulillah, tim sampai di Long Lejuh dengan selamat. 


  
Selama di Long Lejuh, tim mendatangi pemuka desa yang kebetulan berada di kantor pelayanan kesehatan desa. Sebuah rumah kecil dengan latar depan yang luas dan berada di samping Gereja yang cukup besar. Di tengah cuaca yang cukup terik nan panas, sang pemuka desa menerangkan bahwa di Long Lejuh ini mayoritas penduduk beragama protestan, dengan matapencaharian berkebun dan hanya ada satu pusat pendidikan dan peribadatan. Kondisi permukiman yang jarang, cuaca panas, dan berdasarkan informasi masih sering terdapat hewan buas seperti harimau dan buaya yang hidup bebas di alam. Masyarakat setempat sudah terbiasa hidup berdampingan dengan hewan buas tersebut. Khusus untuk buaya, masyarakat tidak mau mengganggu dan melukai karena dianggap buaya akan membalas jika ada salah satu yang tersakiti, serta banyak anak kecil penduduk setempat yang sering bermain di sungai yang merupakan habitat hidup buaya. Kehidupan saling menjaga antar makhluk hidup dan kearifan lokal nilai-nilai hidup sangat terjaga di desa ini. 



Dari pengalaman dan terpukaunya penulis terhadap pesona keindahan dan potensi Kalimantan Utara, harapan tinggi muncul agar semua elemen dan masyarakat bahu-membahu dalam melakukan pengelolaan wilayah. Mulai dari sistem DAS, ancaman bahaya bencana alam, hingga kehidupan masyarakat lokal yang terus mengalami peningkatan yang baik pada segi apapun. Perencanaan dan pengembangan wilayah kedepan hendaknya ber-orientasi pada kelestarian alam agar tetap terjaga dan tidak rusak, serta peningkatan taraf hidup masyarakat dengan jalan peningkatan kualitas pendidikan dan kehidupan ekonomi yang memadai. Terciptanya Kalimantan Utara yang sehat, bersih, makmur, tangguh bencana, dan sejahtera merupakan impian kita semua.

Jadilah Kalimantan Utara yang beyond the ordinary untuk membangun dalam diri, percaya diri dengan kemampuan pribadi masyarakat lokal, menjadi “teras rumah” Indonesia yang tangguh dan berkarakter di kawasan perbatasan, dan hidup-hidupilah masyarakat dengan potensi dan pesonamu.

Sampai jumpa lagi . . .


Share This Post: